Minggu, 07 Agustus 2011

Kuliah Pra NIKAH

oleh Ust Salim A Fillah

Dalam isyarat Nabi tentang Nikah, ialah sunnah teranjur nan memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian cinta-syahwati. . Maka sebagai ibadah, memerlukan kesiapan & persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau “Ba’ah” adalah parameter kesiapannya. Maka berbahagialah mereka yang ketika hasrat hadir bergolak, sibuk mempersiapkan kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan. Persiapan hendaknya segera membersamai datangnya baligh, sebab makna asal “Ba’ah” dalam hadits itu adalah “Kemampuan seksual.” Imam Asy Syaukani dalam Subulus Salam, Syarh Bulughul Maram menambahkan makna “Ba’ah” yakni: kemampuan memberi mahar & nafkah.. Mengompromikan “Ba’ah” di makna utama (seksual) & makna tambahan (mahar, nafkah), idealnya anak lelaki segera mandiri saat baligh. Jika kesiapan diukur dengan “Ba’ah”, maka persiapannya adalah proses perbaikan diri nan tak pernah usai. Ia terus seumur hidup. Izinkan saya membagi Persiapan dalam 5 ranah:
1.Ruhiyah,
2.'Ilmiyah,
3.Jasadiyah (Fisik),
4.Maaliyah (Finansial),
5.Ijtima’iyah (Sosial)

1 Persiapan Ruhiyah.
Ialah nan paling mendasar. Segala persiapan lainnya berpijak pada yang satu ini. Persiapan Ruhiyah (Spiritual) ada pada soal menata diri menerima ujian & tanggungjawab hidup nan lebih berlipat, berkelindan. QS Ali Imran 14): Sebelum nikah ujian kita linear: pasangan hidup. Begitu berjejalin: pasangan, anak, harta, gengsi, investasi. Sebelum Nikah, grafik hidup kita analog dengan amplitudo kecil. Setelah menikah, ia digital variatif; kalau bukan NIKMAT, ya MUSIBAH.Maka termakna jua dalam Persiapan Ruhiyah terkait adalah kemampuan mengelola SABAR dan SYUKUR menghadapi tantangan-tantangan itu. SABAR & SYUKUR itu semisal tentang pasangan; ia keinsyafan bahwa tak ada yang sempurna. Setiap orang memiliki lebih & kurangnya. Khadijah itu lembut, penyabar, penuh pengertian, & dukung penuh perjuangan.
Tapi tak semua lelaki mampu beristeri jauh lebih tua.‘Aisyah: cantik, cerdas, lincah, imut.
Tapi tak semua lelaki siap dengan kobar cemburunya nan sampai banting piring di depan tamu
Persiapan Ruhiyah adalah mengubah ekspektasi menjadi obsesi. Dari harapan akan apa nan diperoleh, menuju nan apa akan dibaktikan.
Jika masih terbayang sbb: lapar ada yang masakin, capek ada yang mijitin, baju kotor dicuciin.
Itu ekspektasi. Bersiaplah kecewa. Ekspektasi macam itu lebih tepat dipuaskan oleh tukang masak, tukang pijit, & tukang cuci;) Ber-obsesilah dalam Nikah. “Apa obsesimu?”
Obsesi sebagai Persiapan Ruhiyah semisal: Bagaimana kau akan berjuang sebagai suami/isteri ayah/ibu untuk mensurgakan keluargamu? Usai itu, di antara persiapan Ruhiyah adalah menata ketundukan pada segala ketentuanNya dalam rumah tangga & masalah-masalahnya.

2. Lalu persiapan ‘Ilmiyah-Tsaqafiyah (Pengetahuan) Nikah,
meliput banyak hal semisal Fiqh, Komunikasi Pasangan, Parenting, Manajemen, dll. Bukan Ustadz-pun, tiap muslim harus sampai pada batas minimal lmu syar’i nan dibutuhkan dalam berhidup, berinteraksi, berkeluarga. Lalu tentang komunikasi pasangan;seringnya masalah rumahtangga bukan krn ada maksud jahat,melainkan maksud baik nan kurang ilmu Nikah. Sungguh harus diilmui bahwa lelaki & perempuan diciptakan berbeda dengan segala kekhasannya, untuk saling memahami & bersinergi. Contoh beda hadapi masalah & tekanan; Wanita: berbagi, didengarkan, dimengerti. Lelaki: menyendiri, kontemplasi, rumuskan solusi Nikah. Bayangkan jika perbedaan itu dibawa dalam sikap dengan asumsi: “Aku mencintaimu seperti aku ingin dicintai” Konflik pasti meraja. Suami pulang dgn masalah berat disambut isteri yg memaksa ingin tahu & dengar problemnya, padahal ia ingin sendiri & bersolusi. Lihatlah Khadijah saat Muhammad pulang dr Hira’ dengan panik & resah. Dia tak bertanya, dia sediakan ruang sendiri & kontemplasi. Sebaliknya, Isteri yg sdg ingin didengar lalu curhat ke suami, suami malah tawarkan solusi. Padahal dia hanya ingin dimengerti. Isteri: Mas aku capek, rumah berantakan bla-bla-bla. Suami: OK, kita cari pembantu. Istri: O, jadi aku dianggap pembantu?!. Suami: Lho?. BEDA lagi: Suami single tasking, bisa marah kalau isterinya nan multitasking memintanya kerjakan beberapa hal berrangkai-rangkai. BEDA lagi: Isteri sering berkalimat tak langsung nan tak difahami suami. Istri: Mas, Salma belum dijemput, aku masih harus masak!.Jawab suami: Oh, kalau gitu biar nanti Salma pulang sendiri. Dijamin para isteri gondok, sebab maksudnya: Tolong jemput Salma, BEDA. Bagi suami masalah hrs disederhanakan (Spiral ke dalam). Bagi isteri, tiap detail & keterkaitan sgt penting (Spiral keluar). Dan banyak lagi BEDA yang jika tak diilmui potensial jd masalah serius. Lengkapnya di Bahagianya Merayakan Cinta

Tahap selanjutnya adalah tahap Parenting, Waktu kita sempit; belum puas belajar jd suami/isteri, tiba-tiba sdh jd ayah/ibu. Maka segeralah belajar jd Ortu. Anak adl karunia yg hiasi hidup, amanah (lahir dalam fitrah, kembalikan ke Allah dalam fitrah), pahala, sekaligus fitnah (ujian). Maka mengilmui hingga detail-detail kecil soal parenting adalah niscaya. Hadits: renggutan kasar pd bayi membekas di jiwa. Uji kecil buat calon ibu & ayah: “Apa yang anda lakukan saat anak lari-larian di depan rumah lalu GABRUSS, jatuh berdebam?” . LAZIM: “Sudah dibilang, jangan lari-lari! Tuh, jatuh kan!”
Maka Anak belajar utk menganggap dirinya selalu bersalah dalam hidupnya.
LAZIM: “iih, batunya nakal ya Nak! Sini Ibu balaskan!” Anak belajar salahkan keadaan sekitar utk excuse dr kurangnya ikhtiyar. LAZIM: “Hm, nggak apa-apa, nggak sakit, cuma kayak gitu!”
Ketidakpekaan. Hati-hati dibalas saat kita sdh tua & sakit-sakitan, Alangkah bahaya tiap huruf dari lisan bg masa depan anak kita. Latihlah dia agar lempang (tanpa dusta & tipu) dlm taqwa (QS 4: 9).

3. Persiapan Jasadiyah (Fisik) untuk .
Ini jua perkara penting sebab terkait dengan keamanan, kenyamanan, & ketenagaan.
Awal-awal, periksa & konsultasilah ke dokter atas termungkinnya sgl penyakit tubuh, lebih-lebih nan terkait kesehatan reproduksi. Pernikahan itu utuh di segala sisi diri,
maka menjalani terapi & rawatan tertentu untuk membaikkan fisik adalah jua hal yang utama.
Fisik kita & pasangan bertanggungjawab lahirkan generasi penerus yang lebih baik.
Maka perbaiki daya & staminanya sejak sekarang. Perbaiki pola asup, tata gizi seimbang. Allah akan mintai tg jawab jajan sembarangan jika ia jadi sebab jeleknya kualitas penerus
Bangun kebiasaan olahraga ilmiah; tak asal gerak tapi membugarkan, menyehatkan, melatih ketahanan. Jadi, target persiapan fisik itu 3 tingkatan; PRIMER: sehat & aman penyakit,
SEKUNDER: bugar & tangkas, TERSIER: beauty & charm;)

4. Selanjutnya, persiapan Maliyah (finansial),
ini yang paling sering menghantui & membuat ragu sepertinya. Padahal ianya sederhana.
Yang tepat bicara persiapan Maliyah ini sebenarnya Ust. @ahmadgozali, izinkan Salim lancang singgung sedikit dgn ilmu nan dangkal. Konsep awal; tugas suami adalah menafkahi, BUKAN mencari nafkah. Nah, bekerja itu keutamaan & penegasan kepemimpinan suami. Ingat & catat: Persiapan finansial sama sekali TIDAK bicara tentang berapa banyak uang, rumah, & kendaraan yang harus anda punya. Persiapan finansial bicara tentang kapabilitas hasilkan nafkah, wujudnya upaya untuk itu, & kemampuan kelola sejumlah apapun ia. Maka memulai pernikah-an, BUKAN soal apa anda sudah punya tabungan, rumah, & kendaraan. Ia soal kompetensi & kehendak baik menafkahi. ‘Ali ibn Abi Thalib memulai bukan dari nol, melainkan minus: rumah, perabot, dll dari sumbangan kawan dihitung hutang oleh Nabi. Tetapi ‘Ali menunjukkan diri sebagai calon suami kompeten; dia mandiri, siap bekerja jadi kuli air dengan upah segenggam kurma. Maka sesudah kompetensi & kehendak menafkahi yang wujud dalam aksi bekerja -apapun ia-, iman menuntun: itu buat kaya (QS 24: 32)

Bahkan ketidakmapanan yang disikapi positif menurut penelitian Linda J. Waite (Psikolog UCLA), signifikan memperkuat ikatan cinta, Ketidakmapanan nan dinamis menurut penelitian Karolinska Institute Swedia, menguatkan jantung, meningkatkan angka harapan hidup. Karolinska Institute: kemapanan lemahkan daya tahan jantung thd serangan.
Di Swedia, biasanya yang kena infark langsung wafat PNS. Persiapan yang sering terabai ialah nan

5. Persiapan Ijtima’iyah (Sosial).
Pernikahan adalah peristiwa yg kompleks secara sosial. Sebuah pernikahan yang utuh punya visi & misi kemasyarakatan untuk menjadi pilar kebajikan di tengah kemajemukan suatu lingkungan. Untuk itu, mereka yang akan me hendaknya mengasah keterampilan sosialnya jauh-jauh hari, sekaligus sebagai bagian pendewasaan. Membiasakan mengkomunikasikan prinsip-prinsip nan diyakini terkait pernikahan & kehidupan kepada Ortu bisa jadi bagian dari latihan. Prinsip Quran tentang hubungan dengan Ortu ialah ‘persahabatan’, Wa Shaahibhuma (QS Luqman 15). Gunakan itu untuk dewasakan diri. Maka kadang Salim menilai kedewasaan kawan yang ingin menikah dengan keberhasilannya untuk komunikasikan prinsip pada Ortu scr ma’ruf. Persiapan kemasyarakatan: kumpulkan modal sosial sebanyak-banyaknya; bahasa, ilmu sosio-antropologis, kelincahan organisasi, dll. Pernikahan kita harus hadir sbg pengokoh kebajikan masyarakat, bukan beban ataupun pelengkap-penderita. Utama lagi, jadi pelopor. Mulailah dgn perkenalan berkesan pada lingkungan.. Saat walimah nanti; tetangga rumah adl yg plg berhak diundang.
Jika harus pindah tempat tinggal, mulai jg dgn perkenalan. target besarnya adl menjadikan pintu rumah kita sbg yang plg pertama diketuk saat masyarakat sekitar memerlukan bantuan. Tentu berat menopangnya sendiri. Mk yang harus kita punya bkn hanya ASET, melainkan juga AKSES. Bangun jaringan slg menguatkan. Ilmuilah bgmn cr menguruskan jaminan kesehatan miskin, beasiswa tak mampu, biaya RS, mobil jenazah gratis, dll DEMI TETANGGA KITA
Tampillah sbg yang penting & bermanfaat dlm hajat-hajat kebahagiaan maupun duka tetangga, juga rayaan-rayaan sosial-masyarakat. Tampillah sbg yang terbaik sejangkau suai kemampuan; Imam Masjid, muadzin, Guru TPA, Bendahara RT, Ketua RW, Pendoa jenazah, dst. Tampillah sbg nan paling besar kontribusi dlm kebaikan-kebaikan sosial: Agustusan, Syawalan, Kerja Bakti, Arisan, Pengajian, dst Ringkas kata untuk persiapan sosial ini adalah bermampu diri utk menjadi pribadi & keluarga yg AMAN, RAMAH, BERMANFAAT

1 komentar:

  1. Selamat Pagi/Siang/Sore,

    Saya Puti Saraswati, mahasiswa Psikologi BINUS University. Saya sedang melakukan penelitian untuk tugas akhir saya mengenai Kesiapan Menikah pada individu dewasa muda awal. Bila kalian:
    - berusia 18-29 tahun,
    - berdomisili di Jakarta,
    - sudah memiliki pasangan dan sudah bertunangan secara formal (dengan acara) atau informal (kesepakatan antarpasangan), dan
    - pernah menyaksikan/mendengar orangtua bertengkar lebih dari sekali.

    Saya minta bantuannya untuk menjadi responden penelitian dengan mengklik link ini:
    https://docs.google.com/forms/d/14dV7UVonoBzbjdp6PNUEOKcAQKSu7_bgprXdTQAac3Q/viewform
    Informasi yg saya dapatkan hanya digunakan untuk tujuan penelitian dan akan dijamin kerahasiaannya.

    Terimakasih :)

    BalasHapus